Jumat, 17 Oktober 2014

laporan praktikum genetika tentang hukum mendel 1. acara 2



LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
Acara 2
HUKUM MENDEL I

Logo_Unib.png

Nama        : Dedi Rian Rohmawan
NPM          : E1J013051


Shift: B2. Senin (10.00-12.00)
Kelompok: 1



LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Dasar teori
            Hukum mendel satu adalah perkawinan dua tetua yang mempumyai satu sifat beda (monohibrid). Setiap individu yang berkembangbiak secara seksual terbentuk dari peleburan dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis mendel setiap sifat/ karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum mendel satu berlaku pada waktu gametogenesis F1 X F1 itu memiliki genotipe heterozigot. Dalam perestiwa meiosis, gen sealael akan terpisah, masing-masing akan membentuk gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 X F1) dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur secara acak dan terdapat empat macam peleburan atau perkawinan. (penuntun praktikum, 2014)
            Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)
   Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya mempunyai alel resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)
            Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada decade kedua dari abad ke-19 setelah mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan persilangan yang dibuatnya pada tamanan ercis/kapri (Pisum sativum). (Suryo, 1990).
            Johann Mendel lahir tanggal 22 Juli 1822 di kota kecil Heinzendorf di Silesia, Austria. (Sekarang kota itu bernama Hranice wilayah Republik Ceko.) Johann memunyai dua saudara perempuan. Ayahnya adalah seorang petani. Minatnya dalam bidang hortikultura ternyata dimulai sejak dia masih kecil. (Paskah,2010).
            Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang dilakukan waktu itu. Mendel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan tersebut diteliti sebagai satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu; tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan. Dalam eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong, sedangkan para peneliti lain umumnya lebih suka meneliti tumbuhan langka. Dia mengidentifikasi tujuh ciri berbeda yang kemudian dia teliti:
à     bentuk benih (bundar atau keriput),
à     warna benih (kuning atau hijau),
à     warna selaput luar (berwarna atau putih),
à     bentuk kulit biji yang matang (licin atau bertulang),
à     warna kulit biji yang belum matang (hijau atau kuning),
à     letak bunga (tersebar atau hanya di ujung), dan
à     panjang batang tumbuhan (tinggi atau pendek). (Paskah, 2010)
Mendel melakukan percobaan selama 12 tahun. Dia menyilangkan (mengawin silang) sejenis buncis dengan memerhatikan satu sifat beda yang menyolok. Misalnya, buncis berbiji bulat disilangkan dengan buncis berbiji keriput, buncis dengan biji warna kuning disilangkan dengan biji warna hijau, buncis berbunga merah dengan bunga putih, dan seterusnya. (Fandri, 2009).


1.2  Tujuan Pratikum
Adapun tujuan praktikum kali ini, yaitu:
1. Mencari angka-angka perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel.
2. Menemukan nisbah teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan.
3. Memahami pengertian dominan, resesif, genotif, fenotif.

BAB II
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

2.1     Bahan dan Alat Praktikum
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
à   Model gen (kancing genetik) 2 warna
à   Dua buah stoples

2.2     Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam praktikum ini yaitu:
1.      Ambillah model gen merah dan putih, masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan 30 betina)
2.       Sisihkan 1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan individu merah dan individu putih.
3.      Bukalah pasangan gen di atas (langkah 2), ini misalkan pemisahan gen pada pembentukan gamet, baik oleh individu merah atau individu putih.
4.      Gabungkan model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini menggambarkan hasil persilangan atau F1, keturunan individu merah dan individu putih.
5.      Pisahkan kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan gen pada pembentukan gamet F1.
6.      Selanjutnya semua model gen jantan baik merah maupun putihmasukkan ke dalam stoples jantan dan model gen betina baik merah maupun putih masukkan ke dalam stoples betina.
7.      Dengan tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara acak sebuah gen dari masing-masing stoples, kemudian pasangkan.
8.      Lakukan secara terus-menerus pengambilan model gen sampai habis dan catat setiap pasangan gen yang terambil kedalam tabel pencatatan.
9.      Bias juga dengan mengembalikan model gen yang terambil (langkah 8) kedalam stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapat kesempatan terambil lagi. Lakukan percobaan serupa untuk pengambilan 20 x, 40 x, dan 60 x.



BAB III
HASIL PENGAMATAN


          3.1         Tabel hasil Pengamatan
Tabel 1. Pencatatan untuk pengambilan 20 x
No
Pasangan
Tabulasi Ijiran
Jumlah
1
Merah-merah
IIIII
5
2
Merah-putih
IIIII IIIII II
12
3
Putih-putih
III
3

Tabel 2. Pencatatan untuk pengambilan 40 x
No
Pasangan
Tabulasi Ijiran
Jumlah
1
Merah-merah
IIIII II
7
2
Merah-putih
IIIII IIIII IIIII IIIII I
21
3
Putih-putih
IIIII IIIII II
12

Tabel 3. Pencatatan untuk pengambilan 60 x
No
Pasangan
Tabulasi Ijiran
Jumlah
1
Merah-merah
IIII IIII IIII IIII
13
2
Merah-putih
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII II
32
3
Putih-putih
IIIII IIIII IIIII
15

Table 4. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 20x

No
Fenotipe
Pengamatan
Harapan
Deviasi
(Observasi = O)
(Expected)
(O-E)
1
Merah
17
15
2
2
Putih
3
5
-2
3
Total
20
20
0

Table 5. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40x
No
Fenotipe
Pengamatan
Harapan
Deviasi
(Observasi = O)
(Expected)
(O-E)
1
Merah
28
30
-2
2
Putih
12
10
2
3
Total
40
40
0



Table 6. Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah Harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 60x

No
Fenotipe
Pengamatan
Harapan
Deviasi
(Observasi = O)
(Expected)
(O-E)
1
Merah
45
45
0
2
Putih
15
15
0
3
Total
60
60
0













BAB IV
PEMBAHASAN

   Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan kancing genetic dengan dua perbedaan pada warna yaitu kancing gen yang berwarna merah  dan kancing gen berwarna putih. Setelah dilakukan pemilihan secara acak dari dalam stoples, mulai dari pengambilan 20 x, 40 x, dan 60x  dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
  Pengambilan  pertama dilakukan 20 x secara acak, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah  berjumlah 5 pasang, pasangan merah-putih berjumlah 12  pasang dan terakhir  pasangan putih-putih dengan jumlah 3 pasang.
 Selanjutnya pengambilan kedua dilakukan  pengambilan hingga 40 x secara acak, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah dengan jumlah 7 pasang, pasangan merah-putih berjumlah 21 pasang dan yang terakhir pasangan putih-putih dengan jumlah 12 pasang.
Dan yang terakhir  pengambilan kancing genetik secara acak dengan 60 x pengambilan, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah dengan jumlah 13 pasang,  pasangan  merah-putih dengan jumlah 32  pasang dan yang terakhir  pasangan putih-putih dengan jumlah 15 pasang kancing genetik.
Setelah hasil tabulasi ijiran telah didapatkan jumlahnya dari setiap pasang kancing genetic yang dilakukan mulai dari 20 x, 40 x, dan 60x,  maka setiap fenotipe yaitu merah dan putih kita lakukan perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E)  untuk mendapatkan deviasi (O-E), artinya pengamatan-harapan.
Untuk pengambilan 20 x, didapatkan bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 17 dalam observasi (O) dan memiliki harapan (E) dengan jumlah 15, sehingga didapatkan deviasinya yaitu 2. Selanjutnya untuk fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 3, dan memiliki harapan dengan jumlah 5, sehingga deviasi jumlahnya -2. Total keseluruhan adalah observasi berjumlah 20, harapan 20, dan deviasi total berjumlah 0.
Untuk pengambilan 40 x, didapatkan bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 28 dalam observasi dan memiliki harapan dengan jumlah 30, sehingga hasil deviasinya adalah -2. Kemudian untuk fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 12  dan memiliki harapan 10, sehingga hasil deviasinya adalah 2. Total keseluruhan adalah observasi berjumlah 40, harapan berjumlah 40, dan total deviasi berjumlah 0.
Untuk pengambilan 60 x, didapatkan bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 45 dalam observasi dan memiliki harapan dengan jumlah 45, sehingga hasil deviasinya 0. Selanjutnya untuk fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 15  dan memiliki harapan 15, sehingga hasil deviasinya 0. Total keseluruhannya adalah observasi berjumlah 60, total harapan berjumlah 60, dan total deviasinya adalah 0.
            Dari pengamatan yang telah dilakukan apabila  nilai deviasi mendekati angka 1 maka data yang diharap makin bagus, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Tapi kalau perbangdingan o/e makin menjauhi angka 1, data itu buruk, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh faktor lain.
            Untuk perbandingan genotipe dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil, yaitu; 1:2:1 (1MM:2Mm:1mm). Kancing bergenotif MM dan Mm berfenotif sama, yaitu merah, hal ini disebabkan karena  karakter m untuk putih resesif  tertutupi oleh karakter M untuk merah dominan. Dengan demikian dari hasil percobaan yang telah dilakukan terbukti bahwa untuk persilangan monohibrid diperoleh perbandingan fenotipe 3 merah : 1 putih.






















BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulakan bahwa :
à       Gen memiliki bentuk alternative yang mengatur variasi pada karakter keturunannya. Setiap individu membawa sepasang gen, baik dari tetua jantan maupun betina. Sepasang gen yang memiliki dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu nampak dari luarnya secara visual, sedangkan alel resesif tidak nampak tetapi akan diwariskan pada gamet yang dibentuknya.
à     GENOTIP adalah komposisi atau sifat yang tak tampak.
à     FENOTIP adalah sifat yang tampak pada keturunan.      
à     Sifat dominan ditemukan pada fenotip Merah dan sifat resesif ditemukan pada f2 heterozigot.
à     Perbandingan pengambilan 20 X, 40 X, 60 X pada praktikum sudah mendekati bunyi hukum Mendel, yaitu : 1:2:1.           
à     Deviasi menyatakan besarnya penyimpangan hasil pengamatan terhadap besarnya harapan. Deviasi mendekati angka 1 maka data yang diharap makin bagus, dan pernyataan fenotif tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna.

5.2 Saran
            Saran yang pertama ini saya ajukan kepada pihak laboratorium, yaitu agar selalu mengusahakan alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum bisa disediakan sebelum praktikum dimulai, agar praktikum bisa berjalan dengan lancar. Selanjutnya saran untuk dosen dan asisten pembimbing, jangan pernah jenuh dan bosan dalam membimbing praktikan.







Jawaban Pertanyaan

1. Berapa macam pasangan genotipe yang anda peroleh ?
2. Berapa perbandingannya ?
3. Jika model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotipe yang diperoleh ?
4. Apa yang dapat anda simpulkan dari percobaan Model 2 ini ?

Jawab

1. Ada tiga macam,  yaitu :  Merah-Merah (MM), Merah-Putih (Mm) , Putih – Putih (mm) .
2. Perbandingannya adalah  1MM : 2Mm : 1mm
3. Perbandingan fenotipe nya adalah 3 Merah : 1 Putih.
4. Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan menghasilkan genotif yaitu MM:Mm:mm dengan perbandingan (1:2:1). Pada F1 menghasilkan Feonipe 100% merah, dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gen merah dominan terhadap gen putih. Dan untuk perbandingan fenotipe pada persilangan monohibrid F2 yaitu 75% merah dan 25% putih.
















DAFTAR PUSTAKA

Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
            http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=20&sa=N (Diakses         pada:   kamis, 20 Maret 2014).
Fandri.2008. Hukum Mandel I. http://samudra's_blog/fandri/hukum-mendel-1.html (Diakses         pada: kamis, 20 Maret 2014).
Paskah. 2010. Hukum Mendel I. http://biokristi.sabda.org/gregor_mendel_1822_1884.       (Diakses pada: kamis, 20 Maret 2014).
Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi          Universitas Bengkulu. (Diakses pada: kamis, 20 Maret 2014).
Suryo.1990.Genetika Manusia.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
            http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hukum+mendel&start=0&sa=N (Diakses           pada: kamis, 20 Maret 2014).
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga. (Diakses pada: kamis, 20 Maret 2014).
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO. (Diakses pada: kamis, 20 Maret 2014).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar