Minggu, 18 Mei 2014

hasil ringkasan buku tentang cabai

Nama               : Dedi Rian Rohmawan
NPM               : E1J013051
Tugas               : Bahasa Indonesia (merangkum buku)
Dosen              : Drs. Supadi, M. Hum.
Judul buku      : Cabai Jawa
Pengarang       : H. Rahmat Rukmana
Penerbit           : KANISIUS

Cabai Jawa
            Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan plasma nutfah (germ plasm) tanaman obat. Salah satunya adalah cabai jawa yang merupakan tanaman yang dapat dijadikan obat tradisional. Masyarakat jawa, madura, sulawesi, dan ambon telah mengenal dan menggunakan cabai jawa sejak lama.
            Cabai jawa secara empiris terbukti bermanfaat sebagai obat. Hasil penelitian toksistas akut menunjukkan bahwa penginfusan cabai jawa sebagai obat dalam melalui kerongkongan termasuk aman. Namun, penelitian lain membuktikan bahwa penginfusan cabai jawa menyebabkan peranakan (uterus) berkontraksi, sehingga dengan dosis tertentu dapat menyebabkan keguguran. Oleh sebab itu, wanita hamil sebaiknya tidak menggunakan ramuan yang mengandung cabai jawa karena menimbulkan teratogenisitas.
            Pengenalan cabai jawa merupakan apreai untuk menumbuhkan kecintaan terhadap pengembangan dan pelestarian tanaman tersebut. Tanaman cabai jawa yang tumbuh di berbagai daerah merupakan tanaman asli indonesia. Pada mulanya, penanaman cabai jawa hanya terkonsentrasi di jawa. Namun, saat ini tanaman cabai jawa banyak ditanam di berbagai daerah, diantaranya Jawa, Madura, Sulawesi, Lampung dan Ambon.
            Kedudukan tanaman cabai jawa dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Phyllum           : Spermatophyta
Kelas               : Angiospermae
Sub kelas         : Monocotyledonae
Ordo                : Piperales
Famili              : Piperaceae
Genus              : Piper
Spesies            : Piper retrofractum Vahl.
            Dalam genus piper terdapat 600 – 2.000 spesies yang tersebar di daerah tropis. Dari jumlah spesies tersebut, hanya beberapa spesies saja yang diusahakan, seperti tanaman lada (Piper nigrum), sirih (Piper betle), dan kemukus (Piper cubeba L.f.).
            Karakteristik morfologi tanaman cabai jawa hampir mirip dengan tanaman lada. Batang cabai jawa merupakan bentuk peralihan antara Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae , yaitu jaringan pengangkut terletak dalam dua lingkaran pembuluh atau lebih. Daun cabai jawa berbentuk bulat telur sampai lonjong atau agak memanjang, berwarna hijau muda mengkilap, pangkal daun membulat, dan ujung daun meruncing. Bunga cabai jawa berkelamin tunggal, berbentuk bulir dengan bulir bunga jantan lebih panjang daripada bunga betina. Buah cabai jawa berbentuk bulat memanjang, berwarna merah cerah dengan biji berukuran antara 2-2,5 cm. Buah muda berwarna hijau, saat tua berwarna kecoklat-coklatan, dan buah yang matang berwarna merah.
            Pada prinsipnya, tanaman cabai jawa dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan secara vegetatif (stek batang).  Perbanyakan cabai jawa dengan biji (benih) biasanya menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan berbunga lebih lambat, sehingga cara ini hanya dilakukan dalam skala penelitian. Perbanyakan yang mudah dilakukan adalah dengan cara setek. Karena dapat dihasilkan tanaman yang pertumbuhannya seragam dan mempunyai sifat-sifat genetik yang sama dengan induknya.
            Penyiapan lahan untuk pengolahan tanah pada prinsipnya adalah mengubah tanah dengan menggunakan alat-alat pertanian, sehingga diperoleh susunan tanah yang baik ditinjau dari struktur dan porositas tanah.
            Untuk waktu tanam yang paling baik pada tanaman cabai jawa adalah pada awal musim hujan atau awal musim kemarauyang masih ada rintik-rintik hujan. Di daerah yang memiliki sumber air cukup dapat dilakukan penanaman sepanjang musim. Sebelum tanam, sebaiknya bibit dari pesemaian diadaptasikan terlebih dahulu selama 2-4 munggu di lokasi kebun (penanaman).
            Pada tahap pemeliharaan tanaman berbagai aktivitas yang harus dilakukan adalah pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan, pemasangan mulsa, pemasangan tanaman panjat, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit.
            Kuantitas dan kualitas produksi cabai jawa sangat ditentukan oleh perlakuan panen dan penanganan pasca panen. Kegiatan panen perlu memperhatikan stadium buah yang cepat, sedangkan penanganan pasca panen harus dilakukan dengan cepat.

            Waktu panen cabai jawa yang paling baik adalah pada saat buah stadium tua, yaitu buah telah berwarna kekuning-kuningan sampai agak kemerah-merahan.   

1 komentar: