LAPORAN
PRAKTIKUM GENETIKA
Acara
3
HUKUM
MENDEL II
Nama : Dedi Rian Rohmawan
NPM : E1J013051
Shift:
B2. Senin (10.00-12.00)
Kelompok:
1
LABORATORIUM
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel
menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat
beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. Persilangan dihibrid yaitu persilangan
dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi
“independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum
ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika meiosis. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk
warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan
dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning.
Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan
membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan
kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang
terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau,
3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan
induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru (Gooddenough,1984).
Peristiwa dua gen atau lebih yang
bekerjasama atau menghalang-halangi dalam memperlihatkan fenotipe, disebut
interaksi gen. Interaksi gen mula-mula ditemukan oleh William Bateson
(1861-1926) dan R. C. Punnet (1906) pada bentuk pial (jengger) ayam.
Karena ada interaksi maka
perbandingan fenotipe keturunan hibrid menyimpang dari penemuan Mendel, disebut
juga penyimpangan Hukum Mendel. Peristiwa penyimpangan persilangan monohibrida
dominan resesif menghasilkan F2 dengan perbandingan dominan : resesif = 3 : 1,
sedangkan dihibrida akan menghasilkan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Pada kasus
tertentu, perbandingan tersebut tidak tepat sama dengan perbandingan tersebut.
Misalnya, persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan 1 : 2 :1, sedangkan
persilangan dihibrida menghasilkan perbandingan 9 : 6 : 1 (Gen duplikat dengan
efek kumulatif) atau 15 : 1 (Polimeri atau Epistasis dominan duplikat). Kalau
menurut Mendel fenotipe F2 itu ada 4 kelas, tetapi karena ada interaksi susut
menjadi 2 atau 3 kelas. (Yatim, 1986)
Dalam hukum mendel II
atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of genesatau Hukum
Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet,
gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang
bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid,
yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu ataulebih karakter yang
berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan dihibrid adalah
hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilakn perbandingan 9:3:3:1. Fenotif
adalah penampakan/ perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan
genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna,
bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan genetik dari suatu inidividu yang
ada hubungannyadengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf.( Suryati, Dotti,dkk. 2014).
Prinsip
Hukum Mendel
Hukum-hukum mendel merupakan prinsip
dasar genetika. hukum Mendel terdiri atas 2 hukum, yaitu:
1. Hukum
Mendel I ( Hukum Pemisahan Mendel - Prinsip Segregasi – Hukum pemisahan gen
sealel )
a. Dalam peristiwa pembentukan sel
kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel akan memisah
secara bebas.
b. Berlaku untuk pembastaran dengan
satu sifat beda (monohibridisasi), baik dominansi
maupun intermediet.
2. Hukum
Mendel II (Hukum Kebebasan Mendel = Prinsip berpasang-pasangan secara bebas)
a. Dalam peristiwa pembentukan
gamet, alela-alela mengadakan kombinasi secara bebas sehingga kombinasi sifat-sifat yang
muncul dalam keturunannya beraneka ragam.
b. Berlaku untuk pembastaran dengan
dua sifat beda (dihibridisasi) atau lebih, baik dominansi maupun
intermediet. ( Yatim,1986 ).
2.1 Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum kalini, yaitu:
Menentukan
dan membuktikan perbandingan fenotipe menurut hukum mendel pada persilangan
dengan dua sifat beda (dihibrid).
BAB
II
BAHAN
DAN METODE PRAKTIKUM
2.1
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum kali
ini, yaitu:
·
Kancing genetik 4 warna
·
Duan buah stoples
2.2
Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali
ini, yaitu:
1. Sepasang
gen merah, putih, kuning dan hijau kita ambil. Gen merah (B) pembawa sifat
bentuk biji bulat dan dominan terhadap putih (b) pembawa sifat untuk biji
keriput dan warna gen kuning (K) pembawa sifat untuk warna biji kuning dan
dominan terhadap warna hijau (k) pembawa sifat untuk warna biji hijau.
2. Selanjutnya
kita buka pasangan gennya. Hal ini kita umpamakan sebagai pemisahan get pada
saat pembentukan gamet dari kedua induknya. Pada proses ini kita dapat
mengansumsikan bahwa terjadi fertilisasi secara acak.
3. Kita
harus dapat menentukan kombinasi genotipe yang terbentuk pada F1.
4. Kemudian
kita buat pasangan model gen untuk meneruskan macam gen yang terbentuk pada F1.
Satu hal yang harus kita ingat bahwa 1 pasang gen kita anggap satu macam gamet.
5. Selanjutnya
kita buat model gamet seperti yang kita lakukan ada langkah 4. Masing-masing
kita buat 16 model gamet.
6. Untuk
delapan pasang dari masing-masing gamet kita masukan kedalam stoples 1 dan
delapan pasang lagi kita masukan ke stoples 2. Lalu kita aduk hinggabercampur
dengan baik.
7. Kemudian
secara serentak kita acak, setelah itu kita ambil model gamet dari
masing-masing stoples. Lalu kita pasangkan untuk menentukan kombinasi
genotipenya.
8. Hasil
kombinasi yang kita dapatkan kita catat. Contoh, apabila kita mendapatkan gamet
pasangan putih-kuning (bK) dari stoples 1 dan gamet merah hijau (BK) dari
stoples 2, maka kombinasi gentipenya adalah BbKk.
9. Pasangan
yang tadi kita ambil kita kembalikan lagi ke stoples masing-masing. Dan kita
lakukan pengambilan sebanyak 32 kali dan 64 kali.
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN
Tabel 1. Nisbah Pengamatan
Fenotipe
Fenotipe
|
Genotipe
|
Frekuensi Genotipe
|
Rasio Fenotipe
|
||
32 X
|
64 X
|
32 X
|
64 X
|
||
Bulat-Kuning
|
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
|
II
III
IIII
IIIII III
|
IIII
IIIII IIII
IIIII III
IIIII IIIII IIIII
|
17
|
36
|
Bulat-hijau
|
BBkk
Bbkk
|
II
IIIII
|
IIII
IIIII II
|
7
|
11
|
keriput-Kuning
|
bbKK
bbKk
|
II
IIII
|
IIIII I
IIIII II
|
6
|
13
|
keriput-hijau
|
bbkk
|
II
|
IIII
|
2
|
4
|
Total
|
32
|
64
|
Tabel 2. Perbandingan/nisbah
Fenotipe Pengamatan/observasi (O) dan Nisbah Harapan/teoritis/expected (E).
Fenotipe
|
Pengamatan
|
Harapan
|
Deviasi
|
|||
32 X
|
64 X
|
32 X
|
64 X
|
32 X
|
64 X
|
|
Bulat-Kuning
|
17
|
36
|
18
|
36
|
-1
|
0
|
Bulat-hijau
|
7
|
11
|
6
|
12
|
1
|
-1
|
keriput-Kuning
|
6
|
13
|
6
|
12
|
0
|
-1
|
keriput-hijau
|
2
|
4
|
2
|
4
|
0
|
0
|
Total
|
32
|
64
|
32
|
64
|
0
|
0
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini yaitu melakukan percobaan untuk membuktikan kebenaran pada
hukum mendel dua dengan dua sifat beda (dihibrid). Percobaan dilakukan dengan
melakukan pengambilan satu kancing secara acak dalam masing-masing stoples,
pada pengambilan pertama dilakukan sebanyak 32x dan pada pengambilan kedua
dilakukan sebanyak 64x.
Dari hasil yang telah didapatkan pada persilangan dihibrid yaitu dua sifat beda
dengan menggunakan kancing genetik yang berjumlah empat warna dengan warna
merah (B) pembawa sifat untuk bentuk biji bulat dan dominan terhadap putih (b)
pembawa sifat untuk bentuk biji keriput. Sedangkan warna gen kuning (K) adalah
pembawa sifat untuk warna biji kuning dan dominan terhadap warna hijau (k)
sebagai pembawa sifat untuk warna biji hijau.
Setelah melakukan
percobaan sebanyak 32x secara acak didapatkan frekuensi genotipe dan rasio
fenotype pada pengambilan pertama sebanyak:
-
Frekuensi genotype : 2(BBKK) : 3(BBKk) : 4(BbKK) : 8(BbKk) : 2(BBkk) : 5(Bbkk) : 2(bbKK) : 4(bbKk) : 2(bbkk)
-
Rasio fenotype :
17 Bulat-Kuning : 7 Bulat-hijau : 6keriput-Kuning : 2 keriput-hijau. Total =
32.
Sedangkan pada percobaan kedua dengan pengambilan sebanyak 64x secara acak
didapatkan frekuensi genotipe dan rasio fenotype sebanyak:
-
Frekuensi genotype : 4(BBKK) : 9(BBKk) : 8(BbKK) : 15(BbKk) : 4(BBkk) : 7(Bbkk) : 6(bbKK) : 7(bbKk) : 4(bbkk)
-
Rasio fenotype :
36Bulat-Kuning : 11Bulat-hijau : 13keriput-Kuning : 4keriput-hijau. Total = 64.
Setelah semua hasil pengamatan telah didapatkan, selanjutnya kita lakukan perbandingan/nisbah dengan cara setiap pengamatan yang kita lakukan dikurang angka harapan
pada setiap percobaan. Baik pada percobaan yang dilakukan sebanyak 32 x maupun 64 x sehingga nantinya akan didapatlah
hasil deviasi.
-
Hasil rasio
fenotipe pada percobaan
sebanyak 32x untuk frekuensi fenotype,
yitu:
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning
: 17 – 18 = -1
Bulat-hijau
: 7 – 6 = 1
keriput-Kuning
: 6 – 6 = 0
keriput-
hijau
: 2 – 2 = 0
Totalnya, didapatkan
dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi sehingga hasilnya 0.
-
Hasil rasio
fenotipe pada percobaan
sebanyak 64x untuk frekuensi fenotype,
yitu:
Fenotipe : Pengamatan – Harapan = Deviasi
Bulat-Kuning
: 36 – 36 = 0
Bulat-hijau
: 11 – 12 = -1
keriput-Kuning
: 13 – 12 = 1
keriput-
hijau
: 4 – 4 = 0
Totalnya, didapatkan
dengan cara menjumlahkan setiap hasil deviasi sehingga hasilnya 0.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari percobaan
yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan, bahwa:
1. Hukum
Mendel II disebut hukum pengelompokan gen secara bebas.
2. Pada
hukum mendel II terdapat 9 macam gamet dengan jumlah gamet sebanyak 16.
3. Rasio
fenotype pada mendel II dengan dua sifat beda (dihibrid) menghasilkan
perbandingan: 9:3:3:1.
4. Rasio
yang didapat dari percobaan ini mendekati rasio yang ditetapkan dalam Hukum
Mendel II, berarti dapat dibuktikan bahwa Hukum Mendel II terbukti kebenarannya.
5.2
Saran
Saran yang pertama ini saya
ajukan kepada pihak laboratorium, yaitu agar selalu mengusahakan alat-alat
yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum bisa disediakan sebelum praktikum dimulai,
agar praktikum bisa berjalan dengan lancar. Selanjutnya saran untuk dosen dan
asisten pembimbing, jangan pernah jenuh dan bosan dalam membimbing praktikan.
Terakhir saran untuk sesama praktikan, ikutilah praktikum dengan serius karena
pada praktikum ini dari awal praktikum sampai akhir praktikum saling berkaitan,
ketika kita dalam praktikum awal sudah tidak mengerti maka untuk
praktikum-praktikum selanjutnya kita juga tidak akan bisa mengerti.
JAWABAN
PERTANYAAN
1. Ada berapa kombinasi genotype yang muncul dari persilangan tersebut ?
2. Tulis perbandingan fenotipe yang diperoleh ?
3. Jelaskan prinsip persilangan yang dilakukan di atas dengan kejadian di alam
nyata ?
Jawab
1. Kombinasi
yang muncul dari persilangan ini adalah 9, yaitu BBKK, BBKk, BbKK, BbKk, BBkk,
Bbkk, bbKK, bbKk, bbkk.
2. a). Pada rasio fenotipe 32 x.
· Bulat-Kuning : 17
· Bulat-hijau
:
7
· Keriput-Kuning : 6
· Keriput-hijau :
2
b). Pada rasio fenotipe 64 x.
· Bulat-Kuning : 36
· Bulat-hijau
:
11
· Keriput-Kuning : 13
· Keriput-hijau :
4
3. Persilangan
dihibrid adalah persilangan dengan dua sifat beda. Tujuan dari persilangan ini
adalah mempelajari hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter gen
tersebut. Dalam kehidupan, prinsip persilangan ini sangat berperan penting
dalam kehidupan bahwa setiap individu yang memiliki dua pasang atau dua sifat,
maka sifat tersebut dapat diturunkan secara bebas dan tidak bergantung pada
pasangan sifat yang lain dan ini membuktikan bahwa di dalam kehidupan, setiap
organisme yang memiliki sifat atau gen berbeda tidak akan saling mempengaruhi.
DAFTAR
PUSTAKA
Goodenough, U.1984. Genetika. Diterjemahkan oleh
Sumartono Adisoemarto. Erlangga, Jakarta.
(Diakses: Jum’at, 28 Maret 2014)
Suryati,Dotti,dkk.2014. Penuntun Praktikm Genetika.
Bengkulu: Laboratorium Agronomi Universitas
Bengkulu. (Diakses: Jum’at, 28 Maret 2014)
Wiki. 2011. Pewarisan Hukum Mendel. http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Pewarisan
Mendel. (Diakses:
Jum’at, 28 Maret 2014)
Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung: TARSITO.
(Diakses: Jum’at, 28 Maret 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar