LAPORAN
PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI
ACARA
1
PENGENALAN
SARANA PRODUKSI PERTANIAN (SAPROTAN)
Oleh :
Nama : Dedi Rian Rohmawan
NPM : E1J013051
Shift : B1
Hari/
tanggal : Rabu/ 8 Oktober 2014
Co-Ass : Dian Budiarto
Dosen : Ir. Entang Inoriah, M.P.
LABORATORIUM
AGRONOMI
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara
agraris yang sudah sejak dahulu menjadikan sektor pertanian sebagai penopang
perekonomian negara. Sampai saat ini pun sektor pertanian masih tetap
menyumbang devisa yang cukup besar bagi perekonomian negara. Sektor
pertanian merupakan sektor utama yang harus dijadikan prioritas didalam
memajukan perekonomian negara, sehingga akan menjadi penopang sektor yang lain.
Sarana produksi
pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti perkembangan
kebudayaan manusia. Pada awalnya sarana produksi dalam pertanian
masih sederhana dan terbuat dari bahan yang mudah didapat dan dijumpai
disekitar kita, misalnya saja pupuk, dulu hanya dikenal pupuk alami tanpa
campur tangan manusia seperti kompos, tapi saat ini sudah berkembang dan
dikenal berbagai macam pupuk, seperti urea dan lain-lain.
Pupuk merupakan sarana produksi dalam meningkatkan
produksi tanaman dan mempertahankan produktifitas tanah. Pupuk dapat berupa
pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik biasanya dibuat oleh manusia
di pabrik melalui suatu proses tersebut. Beberapa pupuk buatan yang banyak
digunakan adalah UREA, TSP, KCL, ZA, dan lain-lain. Pupuk organik adalah pupuk
kandang, kompos, pupuk hijau, dan guano. Sekarang ini sudah umum digunakan
pupuk cair melalui daun. Benih atau bibit merupakan sarana pokok dan utama
didalam budidaya tanaman. Dengan benih atau bibit yang baik akan memberikan
pertumbuhan tanaman yang baik juga dan produksi yang tinggi yang menghasilkan
produk yang berkualitas tinggi.
Unsur sarana produksi yakni : Benih
atau bibit, pupuk, inokulan, pestisida, ZPT, serta alat pertanian lainnya.
Inokulan adalah bahan yang mengandung materi bakteri atau jamur yang dapat
bersimbiosis dengan tanaman dalam tubuhnya. Contohnya : legin, rizogen.
Pestisida adalah senyama kimia yang digunakan untuk mengendalikan pengganggu
tumbuhan. Contoh : herbisida (mengendalikan gulma), insektisida
(mengendalikan serangga), rodentisida (mengendalikan tikus), nematisida
(mengendalikan nematoda), bakterisida(mengendalikan bakteri), dan lain
sebagainya. Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan dapat
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungannya.
Setelah semuanya kita gunakan sesuai
menurut keadaan dan kebutuhan tanaman, diperlukan suatu alat untuk mengelola
lahan. Pemilihan alat-alat ini juga sangat berpengaruh pada baik buruknya lahan
pertanian. Contohnya jika kita menginginkan waktu yang efisien dalam
penggemburan lahan maka jangan gunakan alat tradisional seperti cangkul. Kita
harus menggunakan alat yang lebih modern seperti traktor agar waktupun dapat
kita maksimalkan dengan baik. Cangkul memang dapat digunakan
dalam pengemburan tanah tapi ketika dalam sekala kecil.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan
dari praktikum tentang pengenalan Sarana Produksi Pertanian (SaProTan) ini,
yaitu :
1. Mahasiswa
dapat menyebutkan jenis dan fungsi sarana produksi pertanian.
2. Mahasiswa
dapat mendiskripsikan karakteristik berbagai jenis sarana produksi pertanian
(saprotan).
3. Mahasiswa
dapat memilih dengan tepat kebutuhan jenis saprotan yang akan digunakan untuk
kegiatan usaha pertanian.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Sarana
produksi pertanian (saprotan) merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk mencapai
tujuan terciptanya ketahanan pangan. Banyak sekali fungsi dari alat dan mesin
pertanian misalnya saja untuk pengolahan tanah,menaikkan kadar air serta dapat
mengolah hasil pertanian.banyak cara yang bisa digunakan oleh petani untuk
mempermudah pekerjaan mereka salah satunya yaitu dengan cara menggunakan alat
yang modern selain dapat memudahkan pekerjaan juga dapat mempersingkat waktu
dan menaikkan hasil produksi dalam bidang pertanian. Sarana-sarana tersebut
harus sudah dipersiapkan sebelum memulai kegiatan budidaya tanaman.
Pertanian
merupakan sektor yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia sejak
masa prasejarah hingga saat ini. Begitu juga dengan Indonesia, pertanian tidak
bisa dilepaskan karena Indonesia sampai saat ini masih merupakan negara
agraris. Meskipun saat ini Indonesia sedang bergerak menuju negara
perindustrian, sektor pertanian masih memegang perekonomian Indonesia. Akan
tetapi keadaan pertanian Indonesia saat ini bisa dikatakan kurang baik.
(Mugnisiah, 1993 ).
Penerapan sarana
produksi yang baik dapat memberikan hasil yang baik bagi pertanian indonesia.
Sarana produksi dapat dikembangkan dengan pengetahuan yang ada, seperti benih
unggul, benih unggul didapat dari sortasi benih yang merupakan pilihan dari banyak
benih. Induk yang baik memberikan benih yang baik pula, pembudidayaan tanaman
induk yang baik akan sangat berperan dalam penentuan hasil yang baik.
Suatu
hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam pengembangan
teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya dukungan
prasarana pertanian. Kita ketahui bersama bahwa prasarana pertanian kita
belum dikelola secara baik, sehingga masih agak sulit atau lambat dalam
melakukan introduksi mesin-mesin pertanian. ( Mulmulyani, 1994)
Benih
adalah organ generatif suatu tanaman yang digunakan untuk perbanyakan tanaman.
Benih merupakan tahap menentukan dalam seluruh siklus pertanian.Benih yangbaik
biasanya mempunyai ciri-ciri yaitu mengkilat, permukaannya licin dan mempunyai daya
kecambah yang baik. Tetapi benih yang bermutu belum tentu menunjukkan varietas
yang unggul. Pemilihan bibit suatu tanaman harus bedasarkan pertimbangan
kondisi lingkungan yang cocok atau media tumbuhnya Benih unggul adalah benih
bermutu tinggi yang menjadi faktor penentu tinggi rendahnya produksi tanaman. Benih
yang berkecambah dan berkembang menjadi tanaman kecil atau bagian tanaman yang
diperbanyak secara vegetatif disebut bibit. Benih sebagai komoditi Perdagangan
dan sebagai unsur baku mempunyai peranan penting dalam sarana produksi
pertanian Benih dapat ditanam secara peletakan
pada suatu lubang tanam atau langsung ditanam ataupun secara disebar. (Sostro
Sudirja, 1979)
Sarana
produksi yang baik biasanya digunakan baik dalam proses awal pembukaan lahan,
budidaya pertaian seperti pemupukan, pemeliharaan tanaman dan lain-lain sampai
dengan proses pemanenan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari
sarana produksi dalam bidang pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas
kerja petani dan merubah hasil yang sederhana menjadi lebih baik
Sarana
produksi selain dipengaruhi benih, juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
lainnya, faktor lain yang mempengaruhi adalah pestisida, pestisida merupakan
zat kimia yang berfungsi/digunakan sebagai alat untuk pengendailan musuh-musuh
tanaman, berdasarkan kegunaan pestisida dapat dibagi kedalam beberapa jenis,
yaitu insektisida, herbisida, moluskarisida, akarisida, rodentisida, fungisida,
bakterisida, dan nematisida. Pestisida juga mempunyai beberapa bentuk formulasi
pestisida yaitu berupa cairan semprot, tepung hembus, butiran, pasta, uap,
kabut dan gas (Rukmana, 1995)
Selain
pestisida, faktor lain yang berpengaruh adalah inokulan, inokulan adalah
bakteri yang diinokulasikan atau dikembang biakkan ke tanaman baru, inokulan
terjadi pada kebanyakan budidaya tanaman leguminosa, yang memerlukan inokulasi
bakteri rhizobium. Mekanisme kerja sama antara bakteri rhizobium dan tanaman
legum dalam bentuk simbiosis mutualisme. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin
baik sarana produksi yang ada, maka semakin baik pula hasil yang didapat bagi
pertanian, terutama di Indonesia. ( Dzakfar, 1990)
Penerapan
sarana produksi yang baik dapat memberikan hasil yang baik bagi pertanian
indonesia. Sarana produksi dapat dikembangkan dengan pengetahuan yang ada,
seperti benih unggul, benih unggul didapat dari sortasi benih yang merupakan
pilihan dari banyak benih. Induk yang baik memberikan benih yang baik pula,
pembudidayaan tanaman induk yang baik akan sangat berperan dalam penentuan
hasil yang baik (Robbins,2005).
BAB
III
METODELOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan yaitu:
1. Alat
-
Cangkul
-
Gelas ukur
-
Tank semprot
2. Bahan
-
Danke (insektisida)
-
Metrin (insektisida)
-
Kejora (insektisida)
-
Super Bionik (pupuk organik)
-
Dithane M-45 (fungisida)
-
Etrel (ZPT)
3.2
Cara Kerja
Praktikum
dilaksanakan dalam bentuk observasi deskriptif terhadap saprotan sebagai objek
pengamatan yang dilakukan secara mandiri oleh setiap praktikum. Objek yang
diamati berupa beberapa jenis alat pertanian dan bahan-bahan saprodi yang
tersedia di laboratorium Agronomi.
Langkah
kerja pengamatan :
1. Kita
siapkan kertas, kemudian kita buat tabel pengamatan untuk mencatat hasil
pengamatan. Dan kita tulis identitas praktikum pada lembar kertas tersebut.
2. Kita
ambil objek pengamatan yang utuh dari seluruh objek yang telah dipersiapkan.
3. Kita
amati secara seksama karakteristik objek pengamatan.
4. Kemudian
kita catat/ gambar secara tapat, lengkap dan sistematis terhadap informasi yang
diketahui dari objek tersebut.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.2
Tabel Obyek Pengamatan Alat dan Bahan-Bahan Saprotan
A.
Alat
No
|
Nama alat
|
Fungsi
|
Komponen utama
|
Karakter alat
|
Keterangan/ gambar
|
1.
|
Cangkul
|
Untuk
menggemburkan atau mengolah tanah
|
Mata cangkul
dan gagang
|
Berbahan besi
dan kayu. Keras dan kuat.
|
Digunakan pada
saat penyiapan lahan produksi mau pun pada saat penyiangan.
|
2.
|
Gelas ukur
|
Sebagai tempat
pencampuran larutan dan tempat mengukur larutan.
|
kaca
|
Berbentuk
silinder panjang
|
|
3.
|
Tank semprot
|
Sebagai alat
penyemprot tanaman baik pemberian pukuk cair maupun penyemprotan hama, gulma
dan penyakit.
|
Berbahan
plastik dan besi
|
Bentuk seperti
tas sandang
|
|
B.
Bahan
No
|
Nama bahan
|
fungsi
|
Komponen utama
|
Karakter/ bahan
|
Ket/ gambar
|
1
|
Danke (insektisida)
|
Sebagai
pengendali hama pada tanaman bawang merah, kedelai, cabai, kacang panjang,
kacang hijau, tomat, dan kelapa.
|
Mmetomil 40%
|
Berwarna putih
dan berbentuk tepung yang dapat disuspensikan
|
Diberikanpada
saat populasi dan intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendalian
sesuai anjuran setempat.
|
2
|
Super bionik
(pupuk organik)
|
Sebagai pupuk,
pembenah tanah, pengendali hama alami.
|
Unsur makro :
(C-organik
0.31%, N 8.15%, P2O5 1.25%, K2O 5.05%, SO4 0.2%, MgO 0.03%, CaO 0.07%,
C/H-ratio 0.71%.
Unsur mikro :
Fe 42.25 ppm,
Ca 0.86 ppm, Zn 22.41 ppm, Cl 0.27%, B 0.57 ppm, Mo 0.2 ppm, Mn 2.27 ppm.
|
Pupuk cair
|
Diberikan
dengan cara disemprotkan atau disiram.
|
3
|
Metrin
(insektisida).
|
Sebagai racun
serangga.
|
Sipermetrin 30
g/i
|
cair
|
Diberikan pada
tanaman cabai bila terserang hama ulat gerayak dan lalat buah.
|
4
|
Dithane M-45
(fungisida)
|
Sebagai
pengendali penyakit pada tanaman apel, bawang merah/ putih, cabai, cengkeh,
kakau, karet, kedelai, kacang tanah, kentang, kelapa, kina, kopi, padi, petasi,
rosela, tembakau, teh dan tomat.
|
Mankozeb 80%
|
Berbentuk
tepung berwarna kuning keabu-abuan
|
Untuk tanaman
pangan diberikan dengan cara menyemprotkan fungisida seminggu sebelum
dipanen. Untuk tanaman lainnya diberikan pada saat musim hujan.
|
5
|
Kejora
(insektisida)
|
Sebagai racun
hama ulat grayak pada tanaman kedelai.
|
Alfa
Sipermetrin 19 g/l
|
cair
|
Diberikan
ketika populasi atau intensitas serangan hama telah mencapai ambang
pengendaliannya sesuai rekomendasi setempat.
|
6
|
Etrel
(ZPT)
|
Sebagai zat
pengatur tumbuh pada tanaman apel, kedelai, kopi, nanas, padi, pisang, dan
tembakau.
|
Etefon 480 g/l
|
Cair
|
Baik diberikan
pada tanaman apel, kedelai, kopi, nanas, padi, pisang, dan tembakau ketika
pada masa pertumbuhan.
|
4.2
Pembahasan
Dari hasil
pengamatan yang telah didapatkan pada praktikum kali ini, maka dapat dilakukan
pembahasan. Pembahasan ini hanya selingkup dari hasil pengamatan sarana
produksi pertanian yang hanya tersedia dilaboratorium Agronomi Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu. Sarana produksi pertanian terdiri atas bahan yang meliputi danke,
pupuk organik, metrin, dithane M-45, kejora dan ZPT (zat pengatur tumbuh) dan
peralatan yang meliputi cangkul, spreyer (tank semprot) dan gelas ukur yang
nantinya digunakan untuk melaksanakan proses produksi pertanian.
Dangke merupakan bahan saprotan
jenis insektisida sehingga memiliki fungsi sebagai pengendalai hama tanaman
seperti pada tanaman bawang merah, kedelai, cabe, kacang panjang, kakau, kacang
hijau, tomat dan kelapa sawit. Komponen utama dangke yaitu metomil 40% dengan
karakter berwarna putih dan berbentuk tepung yang dapat disuspensikan. Dangke
ini dapat diberikan ketanaman pada saat populasi atau intensitas serangan hama
telah mencapai ambang pengendalian dan sesuai anjuran yang telah ditetapkan.
Pupuk organik merupakan pupuk yang
digunakan sebagai pupuk pembena tanah dan pengendalian hama alami. Dengan
komponen unsur makro dan unsur mikro seperti yang telah didapatkan pada hasil
pengamatan dengan karakter pupuk cair. Pupuk organik ini baik diberikan dengan
cara disemprot atau disiramkan.
Metrin merupakan bahan saprota jenis
insektisida yang berfungsi sebagai racun serangga. Komponen utamanya adalah
sipermetrin 30 g/l dengan karakter cair. Metrin baik diberikan pada tanaman
cabai bila terserang hama ulat grayak dan lalat buah.
Dithane M-45 merupakan bahan
saprotan jenis fungisida yang berfungsai sebagai pengendali penyakit pada
tanaman apel, bawang merah putih, cabai, cengkeh, kakau, karet, kedelai, kacang
tanah, kelapa, kentang, kina, kopi, padi, petasi, rosela, tembakau, teh dan
tomat. Dithane M-45 ini memiliki komponen utama berupa mankozeb 80% dengan
karakter berbentuk tepung berwarna kuning keabu-abuan dan baik diberikan pada
tanaman pangan dengan cara disemprotkan seminggu sebelum masa panen. Untuk
tanaman lainnya diberikan pada saat musim hujan.
Kejora merupakan bahan saprotan
jenis insektisida yang berfungsi sebagai racun hama ulat gerayak pada tanaman
kedelai. Komponen utamanya yaitu alfa sipermetrin 19 g/l dengan karakter
berbentuk cair. Kejora baik diberikan ketanaman pada saat populasi atau
intensitas serangan hama telah mencapai ambang pengendalian dan sesuai anjuran
yang telah ditetapkan.
Dan bahan saprotan yang terakhir
yaitu etrel. Etrel merupakan bahan saprotan jenis ZPT yang berfungsi sebagai
pemacu pertumbuhan tanaman. Komponen penyusunnya adalah etefon 480 g/l dengan
karakter berbentuk cair. Bahan ini baik diberikan pada tanaman apel, kedelai,
kopi, nanas, padi, pisang dan tembakau.
Dan untuk alat saprotan yaitu
cangkul. Cangkul merupakan alat saprotan yang berfungsi sebagai alat pengembur
/ mengolah tanah. Komponen utama cangkul yaitu mata cangkul dan gagang kayu
dengan karakter berbahan besi dan kayu. Baik digunakan untuk penmyiapan lahan
produksi dala skala kecil.
Tank semprot (spreyer) merupakan
alat saprotan yang berfungsi sebagai alat penyemprotan tanaman baik pemberian
pupuk maupun penyemprotan hama, penyakit dan gulma. Komponen utamannya adalah
berbahan plastik dan besi dengan karakter berbentuk seperti tas sandang dengan
bagian-bagiannya seperti sandang, tutup, badan tank, kaki, pompa dan lainya.
Yang terakhir yaitu gelas ukur.
Gelas ukur ini memiliki fungsi sebagai tempat
pencampuran larutan, mengukur volume larutan dan komponen utamanya yaitu
kaca dengan berbentuk silinder panjang.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
pelaksanaan praktikum yang telah dilakukan dengan hasil pengamatan yang telah
diperoleh maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Saprotan
merupakan sarana yang sangat mendukung dalam melakukan kegiatan usaha
pertanian.
2. Berdasarkan
peranannya saprotan terdiri dari dua bagian yaitu alat dan bahan.
3. Alat
saprotan terdiri atas cangkul, spreyer dan gelas ukur. Dan bahan saprotan
terdiri atas dangke, super bionik, metrin, dithane M-45, kejora dan etrel.
4. Dari
bahan dan alat saprotan yang ada memiliki peranan dan fungsi yang berbeda-beda
tergantung pada jenisnya masing-masing.
5.2
saran
Sebaiknya
dalam praktikum yang berlangsung saling menjaga ketenangan dan keseriusan
sehingga praktikum dapat berjalan lancar sebagaimana mestinya. Dan untuk pihak
laboratorium agar menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan sebelum praktikum
dimulai. Untuk Co-Ass dan dosen agar lebih bersabar dalam membimbing praktikan
selama praktikum berlangsung mulai dari awal praktikum hingga akhir paraktikum
nanatinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Djakfar, Z.R, Dartius,
Ardi, Suyati, D, Yuliadi, E, Hadiyono, Sjfyan, Y, Aswad, M, dan Sagiman, S.
1990. Dasar-dasar Agronomi. BKS-B USAID. Palembang.
Mugnisiah, Wahyu
Qamara.1994.Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Rajawali Pers.Jakarta.
Rukmana, Rahmat.
1995. Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius.
Sostro Sudirja,Suroso.
1979. Ilmu Pemupukan. Yasagun : Jakarta
Sutejo, Mul Mulyani.
1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Bina Aksara : Jakarta.
keren kk...
BalasHapus